LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN PERKEBUNAN (AGH 341)
PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (TM) KELAPA SAWIT (PENUNASAN, PENGENDALIAN GULMA, DAN PEMUPUKAN)
Disusun oleh:
Kelompok B1
Nama Anggota:
Niken Khusnul Tri L. (A24080041)
Topan Prahara (A24080066)
Fendri Ahmad (A24080138)
Lorenta In Hartoyo (H34080047)
Listia Nur Isma (H34080067)
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Memasuki millennium III, komoditas kelapa sawit masih tetap menjadi komoditas perkebunan yang penting dan menjanjikan, mengingat hasilnya (minyak kelapa sawit dan inti sawit) merupakan bahan baku industri sekaligus komoditas ekspor yang sangat penting karena kemanfaatannya sangat luas. Komoditas kelapa sawit saat ini telah diperkebunkan yakni terbentang dari pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Irian Jaya. Pada saat ini Indonesia masih menduduki peringkat kedua terbesar penghasil kelapa sawit di dunia. Minat untuk memperkebunkan kelapa sawit di Indonesia terus menigkat sejalan dengan ketersediaan laha yang amat luas dan cocok untuk kelapa sawit.
Menurut Astono (1997), para ahli telah merumuskan manfaat dari kelapa sawit dari hulu hingga ke hilir yaitu :
1. Minyak sawit (CPO) yang menghasilkan carotene, tocopherol, olein, stearin, soap stock dan free fatty acid.
2. Inti sawit menghasilkan minyak inti dan bungkil.
3. Tempurung menghasilkan arang, tepung tempurung dan bahan bakar.
4. Serat menghasilkan bahan bakar dan sumber selulosa.
5. Tandan kosong digunakan sebagai sumber selulosa.
6. Sludge digunakan sebagai komponen makanan ternak.
Perkembangan kelapa sawit yang menunjukkan daya saing yang tinggi sehingga kelapa sawit menjadi komoditas ekspor yang penting di Indonesia. Kualitas dan kuantitasnya harus terjaga dengan baik, untuk itu dibutuhkan pemeliharaan yang baik dan intensif dalam pembudidayaannya. Aspek – aspek pemeliharaan yang penting dalam budidaya kelapa sawit adalah pemupukan, pengendalian gulma dan penunasan. Selain itu ada pemeliharaan yang bersifat konsolidasi seperti pengamatan individu tanaman, perbaikan tempat tumbuh (perbaikan pokok yang tumbuh miring, pemupukan ekstra selektif), pemeliharaan parit dan pemeliharaan badan jalan. Pemupukan kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua tergantung dari usia tanaman, yaitu pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM).
Tujuan dari pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Sedangkan Pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) berfungsi untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit, terutama produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal. Pemupukan akan memberikan pasokan hara yang dibutuhkan tanaman untuk produksi fotosintesis dan kemudian disalurkan ke sink, dalam hal ini adalah tandan buah. Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan dengan menyebarkan pupuk secara merata di dalam piringan. Pengendalian gulma juga dilakukan pada saat TBM dan saat TM untuk megurangi dan menghindari kompetensi tanaman dengan gulma.
Luasan lahan perkebunan kelapa sawit yang besar mengakibatkan kebutuhan output, waktu, dan sumberdaya manusia cukup tinggi, hal ini akan mengakibatkan pengeluaran yang besar pada perkebunan kelapa sawit. Pemupukan kelapa sawit harus dilakukan dengan efektif dan efisien untuk menekan pengeluaran. Setiap perkebunan sawit memiliki cara atau teknik memupuk yang berbeda-beda. Hal ini dikarenkan perbedaan lahan dan kebijakan perkebunan yang berbeda sehingga teknik-teknik yang diterapkan tidak sama. Pada praktikum kali ini, pemupukan dilakukan dengan teknik melingkar di piringan kelapa sawit, dengan jarak dan dosis tertentu yang sudah ditentukan untuk masing-masing tanaman.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan yaitu pemupukan, pengendalian gulma di piringan dan penunasan.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Syukur (1984), tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah salah satu bahan tanaman penghasil minyak nabati. Dari segi pemuliaan tanaman, kelapa sawit termasuk tanaman menyerbuk silang dan dari segi pembungaan tanaman kelapa sawit tergolong tanaman berumah satu (monoecious) dimana tandan bunga jantan dan betina muncul secara terpisah pada satu tanaman yang sama. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman kelapa sawit diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Jenis perakaran pada kelapa sawit ada empat macam yaitu akar sekunder, kuartener, tersier, dan primer. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Buah terdiri dari tiga lapisan:
a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b) Mesoskarp, serabut buah
c) Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Pemeliharaan kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dari komponen produksi. Dalam kegiatan pemeliharaan, pemupukan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk. Menurut Sutarta et al. (2003), pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas yang standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya. Menurut Adiwiganda dan Siahaan (1994), pemupukan kelapa sawit bertujuan menambah unsur-unsur hara yang kurang dipasok tanah, yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif yang normal dan produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang optimal. Kebutuhan hara antara Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) tentunya berbeda. Pemupukan pada TBM bertujuan untuk pertumbuhan vegetatif, sedangkan pada TM bertujuan untuk memproduksi TBS yang optimal.
Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Menurut Sugiyono et al.(2005) pemupukan pada tanaman kelapa sawit memutuhkan biaya yang sangat besar sekitar 30 % terhadap biaya produksi atau sekitar 60 % terhadap biaya pemeliharaan. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan daun terlebih dahulu. Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur – unsur hara di dalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan tanaman terhadap jenis – jenis unsur hara secara lebih tepat, sehingga dapat ditetapkan dosis pemupukan yang harus diaplikasikan.
Tabel. Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Unsur Tanaman.
Jenis Pupuk | Dosis (Kg/Pokok/Tahun) *) | ||
Umur Tanaman | 5 – 5 | 6 – 12 | >12 |
Sulphate of Amonia (ZA) | 1,0 – 2,0 | 2,0 – 3,0 | 1,5 – 3,0 |
Rock Phosphate (RP) | 0,5 – 1,0 | 1,0 – 2,0 | 0,5 – 1,0 |
Muriate of Potash (KCl) | 0,4 – 1,0 | 1,5 – 3,0 | 1,5 – 2,0 |
Kieserite (MgSO4) | 0,5 – 1,0 | 1,0 – 2,0 | 0,5 – 1,5 |
Sumber: Lubis (1992)
*) Keterangan :
Pupuk N, K, dan Mg diberikan dua kali aplikasi, pupuk P diberikan satu kali aplikasi, dan pupuk B (bila diperlukan) diberikan dua kali aplikasi per tahun (salah satu contoh dosis B adalah 0,05 – 0,1 Kg per pohon per tahun)
Cara pemberian pupuk diperhatikan secara seksama agar pemupukan dapat terlaksana secara efisien. Untuk mencapai maksud tersebut, pemberian pupuk pada tanaman menghasilkan (TM) harus dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1. Pupuk N ditaburkan secara merata pada piringan mulai jarak 50 cm sampai dipinggir luar piringan.
2. Pupuk P, K, dan Mg ditabur secara merata dari jari – jari 1,0 m hingga jarak 3,0 m dari pangkal pokok (0,75 – 1,0 m di luar piringan).
3. Pupuk B ditaburkan secara merata pada jarak 30 – 50 cm dari tanaman pokok.
Pemberian pupuk pada kelapa sawit diatur dua kali dalam setahun. Pemberian pupuk yang pertama dilakukan pada akhir musim hujan yaitu bulan Maret – April dan pemberian pupuk kedua dilakukan pada awal musim hujan yaitu bulan September – Oktober (Susy, 2010).
Rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh lembaga penelitian selalu mengacu pada konsep 4T yaitu: tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu pemupukan. Pemupukan yang efektif dan efisien dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa hal yaitu: jenis dan dosis pupuk, cara pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat dan aplikasi serta pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan (Poeloengan et al.,2003).
Pengendalian gulma merupakan aspek yang penting dalam pemeliharaan TM kelapa sawit. Pengendalian gulma bertujuan mengurangi terjadinya kompetensi terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemeliharaan dan mencegah berkembangnya hama penyakit tertentu. Menurut Muzik dalam Amarilis (2009) gulma dapat menyebabkan kehilangan hasil panen yang besar dari pada kehilangan hasil panen yang disebabkan oleh serangga maupun penyakit tanaman. Menurut Setyamidjaja (2006) jenis – jenis gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa sawit banyak macamnya. Secara garis besar jenis gulma yang dijumpai di perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan menjadi dua yaitu gulma berbahaya dan gulma lunak. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti manual, kimia dan kultur teknis. Menurut Tjitrosidirjo dalam Setyamidjaja (2006) pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit yang dilaksanakan secara terpadu, yaitu mengkombinasikan cara manual, kimia dan hayati dapat membawa hasil yang baik.
Penunasan merupakan kegiatan pemotongan pelepah daun tua atau tidak produktif. Penunasan bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen, pengamatan buah matang, penyerbukan alami, pemasukan cahaya dan sirkulasi angin, mencegah brondolan buah tersangkut di pelepah, sanitasi dan menyalurkan zat hara ke bagian lain yang lebih produktif.
Menurut Adje (2008) terdapat tiga jenis pemangkasan daun, yaitu:
a) Pemangkasan pasir. Membuat daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
a) Pemangkasan pasir. Membuat daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b) Pemangkasan produksi. Memotong daun – daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) sebagai persiapan panen pada waktu tanaman berumur 20-28 tahun.
c) Pemangkasan pemeliharaan. Membuang daun – daun songgo dua secara rutin sehingga pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 daun.
Sistem yang umum digunakan adalah sistem ”songgo dua”, dimana jumlah pelepah daun yang disisakan hanya dua pelepah dari tandan buah yang paling bawah. Rotasi penunasan pada TM adalah sembilan bulan sekali (Iman, 2009).
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan:
1. Tanaman kelapa sawit TM
2. Pupuk: urea, TSP, KCl
Alat:
1. Cangkul (2 buah)
2. Ember (1 buah)
3. Egrek
Metode
Tiap kelompok mendapatkan tiga tanaman untuk praktikum ini. Bentuk pemeliharaan tanaman menghasilkan adalah pemupukan, pengendalian gulma dan penunasan. Pemupukan kelapa sawit dilakukan pada piringan kelapa sawit. Pengendalian gulma dilakukan pada piringan kelapa sawit sebelum melakukan pemupukan. Piringan kemudian digemburkan secara dangkal untuk meminimalisir pencucian hara karena tanah di dalam piringan sudah padat dan licin.
Aplikasi pupuk urea dipisah jarak radiusnya dari pupuk TSP dan KCl untuk menghindari kopulasi pupuk. Radius sekitar 0-0.5 m dari pokok tanaman tidak diberikan pupuk. Radius sekitar 0.5-1 m berikutnya dari pokok tanaman diaplikasikan pupuk urea. Radius sekitar 1-2 m diapikasikan pupuk TSP dan KCl. Aplikasi pupuk dilakukan dengan disebar dalam piringan menurut radius seperti yang telah ditentukan di atas.
Penunasan pada kelapa sawit dilakukan pada tanaman dengan pelepah yang sudah terlalu rimbun atau pelepah yang negatif. Penunasan pelepah dilakukan dengan menggunakan egrek. Penunasan dilakukan tepat dipangkal pelepah. Pelepah yang telah ditunas dipotong tiga bagian dan diletakkan pada gawangan mati.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil kerja yang dilakukan oleh kelompok B1 untuk pemupukan 3 tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit adalah selama 57 menit atau 0.95 jam. Perhitungan HOK : (catatan 1 HOK = 1 orang dengan 7 jam kerja) = 0.95 jam x 5 orang x (1 HOK / 7 jam) = 0.678 HOK. Populasi kelapa sawit dalam 1 hektar sekitar 136 tanaman. Perhitungan HOK untuk luasan 1 hektar tanaman kelapa sawit adalah (136 / 3) x 0.678 HOK = 30.736 HOK.
Pembahasan
Pada paktikum pemeliharaan tanaman menghasilkan ini dilakukan pemupukan, pembersihan gulma, dan penunasan. Sebelum dilakukan pemupukan, jika pada piringan kelapa sawit terdapat gulma maka gulma harus dibersihkan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar pupuk yang diberikan efisien terhadap tanaman kelapa sawit atau tidak bersaing dengan gulma dalam penyerapan unsur hara. Pemupukan yang dilakukan pada fase TM untuk peningkatan pertumbuhan generatif atau produksi. Pemupukan dilakukan dua kali setahun (untuk N dan K) dan jenis pupuk lainnya sekali setahun. Uexkhull dan Fairhust (1991) menyatakan bahwa kehilangan pupuk fosfat dan kalium sangat menonjol pada lahan yang tidak dikonservasi karena unsur ini terikat pada partikel liat tanah dan bahan organik yang terbawa oleh erosi dan aliran permukaan. Kehilangan unsur ini dapat menurunkan hasil antara 25-30%.
Pemupukan dapat efisien jika menerapkan azas 5 tepat, yaitu tepat dosis, tepat tempat, tepat cara, tepat waktu dan tepat jenis. Kegiatan pemupukan pada TM yang telah dilakukan menggunakan pupuk urea, KCl, dan TSP dengan dosis masing-masing sebanyak 500 g. Menurut Susy (2010), kisaran dosis pupuk untuk tanaman kelapa sawit yang berumur 5 tahun adalah 1-2 kg ZA, 0.5-1 kg RP, 0.4-1 kg KCl, dan 0.5-1 kg MgSO4 (kieserite). Pemupukan Pemberian pupuk yang efektif adalah ketika keadaan tanah lembab tetapi tidak tergenang. Pada umumnya pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun pada bulan Maret sampai April ketika akhir musim hujan dan Agustus sampai September pada awal musim hujan. Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim hujan agar air tersedia dalam jumlah cukup dan tidak berlebih sehingga tanah lembab tetapi tidak tergenang. Tanaman menyerap hara dalam bentuk larutan tanah, jadi air diperlukan untuk melarutkan hara pada pupuk sehingga tersedia bagi tanaman sawit. Pupuk larut dan cepat diserap tanaman jika kapasitas lapang sebesar 75% (Fauzi, 2008).
Pupuk yang digunakan adalah urea, KCl, dan TSP. Pupuk diberikan secara disebar pada alur yang dibuat di sekeliling pokok tanaman. Setiap pupuk diaplikasan dengan jarak yang berbeda-beda dari tanaman pokok. Pupuk urea disebar dengan radius 0.5-1.0 m dari tanaman pokok, sedangkan untuk KCl dan TSP disebar dengan radius 1.0-2.0 m dari tanaman pokok.
Gambar1. Aplikasi pupuk di piringan tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit
Kegiatan pemupukan, pembesihan gulma dan penunasan pada TM kelapa sawit yang dilakukan oleh kelompok kami berlangsung selama 57 menit. Jumlah pekerja yang melakukan adalah 5 orang yang terdiri dari 3 perempuan dan 2 laki-laki. Jumlah TM kelapa sawit yang berhasil dipupuk adalah 3 tanaman kelapa sawit. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai HOK sebesar 0.678 HOK. Jika perhitungan HOK yang kami kerjakan dikonversikan ke dalam luasan lahan satu hektar, nilai HOK yang diperoleh sebesar 30.376 HOK. Menurut Pahang (2008) norma prestasi penabur adalah 2-3.5 ha/hk atau 400-500 kg/hk. Nilai HOK yang kami dapat masih dibawah standar prestasi kerja, hal ini dalam pemupukan, tanaman pada kelompok kami tidak bisa langsung diberi pupuk karena di piringan kelapa sawit masih banyak terdapat gulma sehingga dibutuhkan waktu dahulu untuk pembersihan gulma. Selain itu, permasalahan dalam alat dan kemampuan pekerja membuat HOK masih dibawah standar.
Pengendalian gulma di sekitar piringan kelapa sawit dilakukan agar pupuk yang diberikan tidak diserap oleh gulma sehingga pemupukan akan lebih efisien. Pengendalian dilakukan secara manual menggunakan cangkul. Gulma yang banyak dijumpai pada sekitar piringan seperti Axonopus compresus, Setaria plicata, Nephrolepis biserata dan Melastoma sp.. Menurut Setyamidjaja (2006) jenis – jenis gulma yang menjadi pesaing dan penghambat pertumbuhan tanaman pokok misalnya lalang, sembung rambat, harendong dan kirinyuh.
Selain pemupukan dan pembersihan gulma kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penunasan. Penunasan bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen, pengamatan buah matang, penyerbukan alami, pemasukan cahaya dan sirkulasi angin, mencegah brondolan buah tersangkut di pelepah dan sanitasi. Selain itu berdasarkan konsep ”sink and source” penunasan berfungsi mengurangi jumlah sink (karena pelepah ”negatif”) sehingga zat hara dapat disalurkan ke bagian lain yang lebih produktif. Penunasan dilakukan dengan kriteria “songgo dua”, tetapi dalam praktikum ini dilakukan dengan kriteria “songgo satu”. “songgo satu” dimaksudkan pelepah yang boleh tersisa hanya satu lingkar pelepah daun di bawah buah terbawah. Penunasan ini dilakukan menggunakan alat egrek. Pelepah daun yang sudah ditunas kemudian diletakkan pada gawangan mati.
Gambar2. Kegiatan penunasan dengan egrek (kiri) dan pelepah hasil penunasan diletakkan di gawangan mati (kanan).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemeliharaan tanaman TM (tanaman menghasilkan) merupakan bagian dari teknik budidaya kelapa sawit. Aspek yang penting dalam pemeliharaan TM kelapa sawit adalah pemupukan, pengendalian gulma dan penunasan. Pemupukan yang dilakukan pada fase TM untuk peningkatan pertumbuhan generatif atau produksi. Pengendalian gulma di sekitar piringan kelapa sawit dilakukan agar pemupukan lebih efisien. Penunasan dilakukan terhadap pelepah yang sudah tidak produktif dengan kriteria “songgo satu”. HOK yang didapat masih dibawah standar umum yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit.
Saran.
Pemupukan dilakukan harus sesuai dengan ketentuan serta prosedur yang dianjurkan. Penerapan lima tepat sangatlah penting agar pemupukan efisien dan tanaman kelapa sawit dapat tercukupi hara yang dibutuhkannya. Dalam praktikum pemberian pupuk harus diperhatikan lagi, sebelum pupuk diberikan piringan sudah bersih dari gulma. Selain itu kelengkapan alat sangat dibutuhkan supaya dalam pekerjaan lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiganda, R. dan M. M. Siahaan. 1994. Tanah dan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Kampus Meda. Medan. 68 hal.
Amarilis,S. 2009. Aspek Pengendalian Gulma di Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) PT. National Timber And Forest Product Unit HTI Murni Sagu Selat Panjang, Riau. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.
Banu, Astono. 1997. Investasi Kelapa Sawit Ibarat Buah Simalakama. Dalam: Kompas, 24-3-1997. Jakarta.
Fauzi.Y, Widyastuti.E, Satyawibawa.Y. 2008. Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya.
Gieana. 2011. Pemupukan Kelapa Sawit. [terhubung berkala]. http://id.shvoong.com. ( 16 Maret 2011).
Iman. 2009. Pembibitan kelapa sawit rakyat (Elaeis guineensis Jacq). http://binatani.blogspot.com.(23 Maret 2011).
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatra Utara.
Pahan, I.2008.Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.Jakarta: Penebar Swadaya.
Poeloengan, Z. M. L. Fadli, Winarna, S. Ruhutomo, dan E. S. Sutarta. 2003. Permasalahan Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit, hal 67-80.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya, Panen, Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta.
Sugiyono, E.S.Sutarta, Darmosarkoro dan H. Santoso. 2005. Peranan Perimbangan K, Ca dan Mg Tanah Dalam Penyusunan Rekomendasi Pemupukan Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Medan: 43.
Sutarta, E. S. S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna.2003. Peranan Unsur Hara pada Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit, hal. 81-92.
Susy. 2011. Kelapa Sawit. [terhubung berkala]. http://shusye3.wordpress.com. (19 maret 2011).
Syukur, Suhaimi. 1984. Pengaruh In Breeding Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Pada Tanaman Kelapa Sawit di Marihat Research Station. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Medan.
Uexkhull, H.R. and T. Fairhust. 1991. Fertilizing for High Yield and Quality the Oil Palm. IPI Bulletin. No.12.
LAMPIRAN
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM TANAMAN PERKEBUNAN
MATERI : PEMELIHARAAN TM KELAPA SAWIT (PEMUPUKAN, PENGENDALIAN GULMA DAN PENUNASAN).
LOKASI : KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN
HARI / TANGGAL : SENIN / 21 MARET 2011
KELOMPOK PRAKTIKUM : A/B REGU : 1/2/3/4/5/6/7/8/9/10
NO. | Nama | NRP | Tanda tangan | keterangan |
1 | Niken Khusnul T.L. | A24080041 | | |
2 | Topan Prahara | A24080066 | | |
3 | Fendri Ahmad | A24080138 | | |
4 | Lorenta | H34080047 | | |
5 | Listia | H34080067 | | |
DAFTAR PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN ALAT
NO. | Jenis alat | Jumlah | Nomor alat | pengembalian | Catatan |
1 | Ember | 2 | | | |
2 | Cangkul | 2 | | | |
3 | Egrek | 1 | | | |
PENGGUNAAN BAHAN
NO. | Jenis bahan | Jumlah | Satuan | Total |
1 | Pohon kelapa sawit | 3 | Pohon | 3 pohon |
2 | Urea | 500 | g/pohon | 1500 g |
3 | KCL | 500 | g/pohon | 1500 g |
4 | SP-36 | 500 | g/pohon | 1500 g |
HASIL KEGIATAN :
1. Waktu kerja: 57 menit = 0.95 jam
2. Perhitungan HOK : (catatan 1 HOK= 1 orang dengan 7 jam kerja) =
0.95 jam x 5 orang x (1 HOK / 7 jam) = 0,678 HOK.
Diperiksa oleh:
Pembimbing/Asisten Praktikum
Thank's Infonya Bray .. !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id