21/05/11

Okulasi Karet


LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN PERKEBUNAN (AGH 341)
OKULASI KARET








                                  

Oleh : Kelompok B1
Niken Khusnul Tri Lestari      A24080041
Topan Prahara                         A24080066
Fendri Ahmad                         A24080138
Lorenta In Haryanto               H34080047
Listia Nur Isma                       H34080067





DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan dengan benih saat ini sudah jarang dilakukan kecuali oleh sebagian petani tradisional atau oleh kalangan peneliti guna perbaikan sifat genetif selanjutnya.
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi antara lain penggunaan okulasi dapat menghasilkan tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi, pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif singkat, dan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea.
Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi antara lain; tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
Bibit okulasi terdiri dari batang atas dan batang bawah yang biasanya berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan untuk menghasilkan dua klon dalam satu individu sehingga diperoleh produksi tinggi dengan umur ekonomis panjang.oleh karena itu perlu diperhatikan sifat-sifat unggul dari calon batang atas dan batang bawah serta kompatibilitas kedua calon batang tersebut.

Tujuan
Praktikum bertujuan agar mahasiswa dapat menentukan kriteria batang bawah yang siap diokulasi, melaksanakan pekerjaan okulasi, menilai keberhasilan okulasi, dan menentukan jumlah tenaga kerja dan waktu kerja untuk pekerjaan okulasi.
TINJAUAN PUSTAKA
 Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Klonklon unggul baru generasi4 pada periode periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klonklon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifatsifat sekunder lainnya. Klonklon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hatihati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat (Anwar, 2001).
Pada tanaman karet, persiapan bahan tanam dilakukan jauh hari sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan. Klon-klon yang dianjurkan sebagai batang bawah adalah klon GT 1, LCB 1320 dan AVROS 2037. Tanaman untuk batang bawah ditanam 1 – 1.5 tahun sebelum okulasi. Untuk okulasi garis tengah tanaman batang bawah sudah mencapai 2.5 cm (Tim Penulis PS, 2007).
Menurut Anwar (2001) untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.
Setelah persiapan bahan tanam, kemudian dilakukan okulasi. Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung (kompatibel)  dengan tujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi yang baik. Keunggulan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai (Simanjuntak, 2010)
Teknik okulasi yang umum digunakan adalah okulasi hijau (green budding) dan okulasi konvensional atau okulasi cokelat (brown budding), meskipun ada jenis lain yaitu okulasi dini.
Tabel 1. Teknik Okulasi dan Perbedaannya
Teknik Okulasi
Umur batang bawah
Umur, ukuran, dan warna entres
Dini
2-3 bulan
3-4 minggu, garis tengah 0,5 cm, hijau muda
Hijau
4-6 bulan
3-4 bulan, garis tengah 0.5 – 1 cm, hijau
Cokelat
8-18 bulan
1-2 tahun, garis tengah 2.5 – 4 cm, cokelat
Sumber: www.worldagroforestrycentre.org.
Lebih lanjut Simanjuntak (2010) menjelaskan mengenai kedua teknik okulasi karet yang sering diaplikasikan tersebut, yaitu teknik okulasi konvesional dan teknik okulasi hijau. Teknik okulasi konvensional merupakan teknik yang paling umum digunakan untuk persiapan bentuk bahan tanaman secara komersial. Okulasi konvesional ini disebut juga okulasi cokelat ( brown budding)
1.      Batang bawah
Untuk keberhasilan okulasi coklat perlu diperhatikan syarat-syarat berikut:
·      Batang bawah yang di anjurkan adalah semaian klonal GT1, AVROS 2037 dan LBC1320
·      Bibit Semaian telah berumur 9 hingga 18 bulan batangnya sudah berwarna coklat dan mempnuyai 4-5 karangan daun dapat juga digunakan yang berumur 6-9 bulan asal sudah berbatang coklat dan mempnyai 3-4 karangan daun
·      Diameter batang telah mencapai 1,5-2 cm dan pertumbuhannya normal
·      Kulit berada dalam stadia mudah dilepas tidak lengket atau pada daun stadia daun tua
2.  Batang atas
Sebagai batang atas dipilih klon yang sesuai dengan lingkungan ekologi yang bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama klon-klon yang dianjurkan dalam skala besar. Pemilihan klon yang tepat akan menjamin produktivitas dikemudian hari dalam jangka panjang. Terdapat tiga jenis kuncup tidur yang dikenal pada tanaman karet dan satu mata bunga yaitu:
·         Mata Ketiak (mata tunas)  atau disebut juga mata prima, yang ditandai adanya bekas tangkai daun atau berada pada ketiak daun. Mata inilah yang terbaik untuk okulasi. Letaknya dibagian tengah internodia. Jumlahnya tiap meter kayu entres terdapat 15-20 mata okulasi. Bila hendak digunakan terlebih dahulu dipangkas daunnya kira-kira 10 hari sebelum dipotong di gunakan sebagai mata untuk okulasi coklat.
·         Mata sisik: mata yang terdapat dibawah kuncup daun-daun ( Flush ) atau pada ujung payung daun. Digunakan untuk okulasi mini.
·         Mata bunga: terdapat pada tanaman yang sudah masuk umur berbunga tidak dapat digunakan untuk okulasi.
Disamping teknik okulasi konvensional atau okulasi coklat, dikembangkan pula metoda okulasi hijau. Jika dalam okulasi konvensional digunakan batang bawah yang sudah berwarna coklat, maka dalam okulasi hijau digunakan mata okulasi dari entres yang masih berwarna hijau (green budwood).
1.      Batang bawah
Syarat-syarat batang bawah okulasi hijau adalah sebagai berikut:
·         Batang bawah yang di anjurkan adalah semaian klonaol GT1, AVROS 2037 dan LBC1320.
·         Bibit semaian batang bawah telah berumur 3-5 bulan. Lazimnya berumur 5 bulan yang untuk mempermudah namun dapat juga digunakan batang yang kurang dari umur tersebut, asal pertumbuhan dan batangnya sudah cukup besar.
·         Diamer batang sebesar pensil atau telah mencapai diameter 8- 12mm diukur pada pangkal batang
·         Kulit berada dalam stadia mudah dilepas tidak lengket atau pada stadia daun tua.
2.      Batang atas
Entres atau kayu okulasi hijau digunakan tunas-tunas atau taruk-taruk hijau yang ujungnya berdaun yang telah mempunyai diameter 1-1,5 cm dan daun-daun pada karangan daun diujung telah berwarna hijau dan masih lemah. Untuk memperoleh taruk-taruk hijau pohon batang atas atau pohon entres dipangkas beberapa cm diatas karangan mata, karena pemangkasan tersebut akan tumbuh sejumlah tunas-tunas dari karangan mata yang dibiarkan tumbuh hingga 5-6minggu. Tunas-tunas ini segera dipanen sebagai kayu okulasi hijau.
Untuk mengetahui potensi daya hidup dari tanaman karet hasil okulasi tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaaan yang dilakukan ada tiga tahap, yaitu:
·         Pemeriksaan pertama : 2 minggu setelah okulasi, plastik pembalut dibuka. Bila mata entres masih berwarna hijau berarti hidup dan bila berwarna coklat kehitaman mati. Yang mati diberi tanda dengan daun/ plastik yang diselipkan diatas jendela okulasi setinggi ± 20 cm. Dilakukan okulasi ulang terhadap okulasi yang gagal.
·         Pemeriksaan kedua : 2 minggu setelah pemeriksaan pertama, yang mati diberi tanda seperti pemeriksaan pertama.
·         Pemeriksaan ketiga : 1 minggu setelah pemeriksaan kedua yang hidup diberi tanda berupa totolan cat 1 cm di samping atas jendela dengan ketentuan warna berdasarkan klon sebagai berikut :
Klon
Warna
BPM 1
Biru
BPM 24
Merah
RRIC 100
Putih
IRR 118
Hitam
PB 260
Kuning
PB 330
Hijau
PB 340
Cokelat
IRR 39
Hijau Putih
Sumber: http://ardian88.blogspot.com.















BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tiga buah pisau okulasi, tali rafia dan sebuah cangkul. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanaman batang bawah dan dua batang calon entres.

Tempat dan Waktu
      Praktikum kali ini dilaksanakan di kebun percobaan kelapa di Cikabayan, pada hari senin tanggal 9 Mei 2011 mulai jam 7.00 sampai 10.00 WIB.

Metode Pelaksanaan
Terdapat empat tahapan pelaksanaan okulasi pada praktikum. Langkah pertama adalah melihat kesiapan batang bawah, yaitu tanaman yang memiliki tunas ujung dalam keadaan tidur atau daun telah tua dan diameter batang kira-kira berukuran 6-13mm. Selanjutnya, membuat jendela okulasi. Batang bawah dibersihan/dikerok dari kotoran kulit atau tanah dengan mengunakan pungung pisau. Batang bawah yang sudah bersih diiris vertikal sepanjang 5 cm, dan dibuat potongan melintang di atas irisan vertikal tersebut sepanjang 2 cm, sambil menunggu getah kering dibuat jendela sekaligus beberapa buah. Terdapat dua jenis bukaan jendela, yaitu bukaan jendela okulasi dari bawah, dan bukaan jendela okulasi dari atas, namun dalam praktikum yang digunakan adalah teknik bukaan jendela okulasi dari atas. Kemudian membuat perisai okulasi. Mata yang digunakan adalah mata tunas bukan branch bud atau tunas bakal bunga..
Pada waktu pengambilan entres, sebagian kayu harus ikut disayat dengan pisau okulasi yang tajam. Setelah getah pada irisan jendela okulasi berhenti menetes maka jendela boleh dibuka secara perlahan.  Langkah selanjutnya adalah penempelan perisai mata okulasi pada batang bawah. Mata entres yang dimasukkan ke dalam jendela, segera ditutup dan kemudian diikat dengan tali rafia yang dilebarkan. Untuk bukaan dari atas, maka pembalutan dimulai dari atas. Sedangkan, cara mengikatnya menggunakan simpul kuat.
PEMBAHASAN
Hasil
Banyaknya tanaman karet yang diokulasi oleh kelompok kami adalah 5 tanaman.
Waktu pelaksanaan: 24 menit = 0,4 jam
Perhitungan HOK*  = 0,4 jam x 5 orang x 1 HOK/ 7 jam= 0,28 HOK
*catatan 1 HOK = 1 orang dengan 7 jam kerja

Pembahasan
            Kegiatan okulasi bertujuan untuk perbanyakan tanaman karet secara vegetatif. Dibandingkan dengan biji, bibit yang dihasilkan dari okulasi mempunyai beberapa keuntungan yaitu: 1) pertumbuhannya seragam, 2) variasi antar individu sangat kecil, 3) produktivitas tinggi, 4) perbanyakannya mudah dan 5)  bibitnya bagus karena berasal dari hasil seleksi
Dalam kegiatan okulasi yang menggabungkan sifat unggul dari kedua klon dalam satu individu, maka diperlukan kompatibilitas dari kedua batang tanaman karet. Kompatibilitas batang atas dan batang bawah adalah kecocokan antara kedua batang yang akan dilakukan okulasi agar dapat dihasilkan individu yang harmonis sehingga diperoleh produksi dan umur ekonomis yang tinggi. Jika tidak kompatibel dikhawatirkan tanaman karet tersebut tidak akan pernah tumbuh dan tidak memiliki umur ekonomi yang tinggi. Batang bawah yang siap diokulasi harus memiliki daya gabung yang baik dan tahan terhadap hama penyakit batang. Bibit semaian batang bawah telah berumur 3-5 bulan. Lazimnya berumur 5 bulan yang untuk mempermudah namun dapat juga digunakan batang yang kurang dari umur tersebut, asal pertumbuhan dan batangnya sudah cukup besar. Selain itu, pemilihan batang bawah harus dilihat dari ada tidaknya daun muda yang tumbuh, dalam hal ini perlu dipilih pohon yang tidak ada daun mudanya karena dikhawatirkan hasil okulasi tidak akan tumbuh.
Pada kegiatan okulasi, dibutuhkan mata entres yang berasal dari batang atas yang kemudian akan ditempelkan ke batang bawah dari tanaman karet. Batang atas dipilih klon yang sesuai dengan lingkungan ekologi yang bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama klon-klon yang dianjurkan dalam skala besar. Mata entres diperlukan karena dapat berfungsi untuk kegiatan produksi karet. Mata entres disebut juga mata prima, yang ditandai adanya bekas tangkai daun atau berada pada ketiak daun. Mata inilah yang terbaik untuk okulasi. Letaknya dibagian tengah internodia. Penempelan batang atas pada batang bawah karet diawali dengan pembuatan jendela atau disebut forket. Pembuatan forket ini akan lebih baik diawali dengan menyayat sisi sebelah kiri, karena melalui sisi tersebut dapat dilihat batasan keluarnya getah dari batang karet. Sehingga dapat menyamakan dengan sisi yang sebelah kanan. Forket ini tidak boleh dibuka terlebih dahulu sebelum mata entres siap karena akan menyebabkan kambium menjadi kering.
Tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
Dalam kegiatan praktikum kali ini, 5 pekerja membutuhkan waktu 24 menit atau setara dengan 0,4 jam untuk menyelesaikan seluruh kegiatan tersebut. Sehingga HOK yang diperoleh adalah 0,28.













PENUTUP
Kesimpulan
            Batang bawah dan batang atas yang siap diokulasi harus memiliki daya gabung yang baik dan tahan terhadap hama penyakit batang. Kegiatan okulasi harus mengikuti tahapan-tahapan dan prosedur yang benar agar okulasi berhasil dengan baik. Kegiatan okulasi kelompok kami membutuhkan waktu 0,4 jam dengan 5 orang pekerja, sehingga HOK yang dibutuhkan adalah 0,28.

Saran
             Dalam melakukan kegiatan okulasi tangan kita harus berada searah dengan pergerakan mata pisau. Hal ini untuk menghindari kecelakaan kerja saat melakukan okulasi.


















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Teknik Okulasi Karet. http://www.worldagroforestrycentre.org/.   [ 14 mei 2011]
Anwar, C. 2001. Budidaya Karet. http://www.migroplus.com/. [14 Mei 2011]
Ardian, 2009. Teknik Okulasi Karet. http://ardian88.blogspot.com/ .[14 Mei 2011]
Simanjuntak, F. 2010. Teknik Okulasi Karet. http://ditjenbun.deptan.go.id/. [14 Mei 2011]
Tim Penulis PS. 2007. Karet: Budidaya dan pengolahan, Strategi Pemasaran. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 366 hal.




















LEMBAR KERJA PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PERKEBUNAN

MATERI         : OKULASI KARET
LOKASI         : KP. CIKABAYAN
HARI/TANGGAL     : SENIN / 9 MEI 2011

KELOMPOK PRAKTIKUM: A/B         REGU: 1/2/3/4/5/6/7/8/9/10
NO.
Nama
NRP
Tanda Tangan
Keterangan
1
Niken Khusnul T. L
A24080041


2
Topan Prahara
A24080066


3
Fendri Ahmad
A24080138


4
Lorenta In Haryanto
H34080047


5
Listia Nur Isma
H34080067


DAFTAR PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN ALAT
NO.
Jenis Alat
Jumlah
Nomor Alat
Pengembalian
Catatan
1
Pisau Okulasi
3



2





PENGGUNAAN BAHAN
NO.
Jenis Bahan
Jumlah
Satuan
Total
1
Batang Bawah
1
Pohon
1 Pohon
2
Entres
2
Batang
2 Batang

HASIL KEGIATAN:
  1. Waktu kerja: 24 menit = 0.4 jam
  2. Perhitungan HOK: (catatan 1 HOK = 1 orang dengan  jam kerja) =
0.4 jam x 5 orang x (1 HOK/7 jam) = 0.48 HOK

Diperiksa oleh:
Pembimbing / Asisten Praktikum

30/04/11

Penanaman Kelapa


LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAMAN PERKEBUNAN (AGH 341)
PENANAMAN KELAPA








Disusun oleh: Kelompok B1
Niken Khusnul Tri Lestari      A24080041
Topan Prahara                         A24080066
Fendri Ahmad                         A24080138
Lorenta In Haryanto               H34080047
Listia Nur Isma                       H34080067

                       
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan berupa pohon berbatang lurus dari family palmae. Tanaman ini merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life). Kelapa disebut juga sebagai tanaman Socio Tropical Crops karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar, batang, daun, dan buahnya dapat dipergunakan unuk kebutuhan hidup manusia sehari-hari.
Produktivitas kelapa rakyat 0,5 – 1 ton kopra per hektar per tahun adalah rendah bila dibandingkan dengan kemampuannya untuk berproduksi sampai 2,0 ton kopra. Rendahnya produksi ini, disamping belum menggunakan bibit unggul dan kurangnya pemeliharaan juga disebabkan oleh umur tanaman yang telah tua dan lingkungan tumbuh yang tidak sesuai. Kondisi yang demikian mengakibatkan pendapatan petani kelapa sangat rendah.
Untuk meningkatkan produktivitas kelapa dan pendapatan petani, kelapa tua perlu diremajakan, kelapa yang relatif muda direhabilitasi. Penanaman baru atau perluasan harus mempertimbangkan kesesuaian lingkungan, dan meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan tidak hanya kelapa butiran, kopra atau minyak akan tetapi aneka ragam produk yang berasal dari tanaman kelapa.

Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat :
1.                  Menilai kriteria benih kelapa bermutu
2.                  Melaksanakan pembibitan pendahuluan (pre-nursery) di tanah
3.                  Menilai bibit kelapa yang siap salur
4.                  Menentukan lahan, kebutuhan tenaga kerja, dan waktu untuk pembibitan pendahuluan dan utama pada kelapa.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa (Cocos nucifera) termasuk jenis tanaman palma yang mempunyai buah berukuran cukup besar. Macam nama atau sebutan kelapa di setiap daerah atau negara antara lain Coconut (Inggris), Cocotier (Perancis); Kelapa, Nyiur (Indonesia), Kambil, Kerambil, Klapa (Jawa). Batang pohon kelapa umumnya berdiri tegak dan tidak bercabang, dan dapat mencapai 10 - 14 meter lebih. Daunnya berpelepah, panjangnya dapat mencapai 3 - 4 meter lebih dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap helaian. Buahnya terbungkus dengan serabut dan batok yang cukup kuat sehingga untuk memperoleh buah kelapa harus dikuliti terlebih dahulu. Kelapa yang sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2 - 10 buah kelapa setiap tangkainya (BPPT, IPTEK 2005).
Menurut Wibowo (2007) Kelapa (Cocos nucifera) termasuk familia Palmae dibagi tiga: (1) Kelapa dalam dengan varietas viridis (kelapa hijau), rubescens (kelapa merah), Macrocorpu (kelapa kelabu), Sakarina (kelapa manis, (2) Kelapa genjah dengan varietas Eburnea (kelapa gading), varietas regia (kelapa raja), pumila (kelapa puyuh), pretiosa (kelapa raja malabar), dan (3) Kelapa hibrida.
Kelapa banyak terdapat di negara-negara Asia dan Pasifik yang menghasilkan 5.276.000 ton (82%) produksi dunia dengan luas ± 8.875.000 ha (1984) yang meliputi 12 negara, sedangkan sisanya oleh negara di Afrika dan Amerika Selatan. Indonesia merupakan negara perkelapaan terluas (3.334.000 ha tahun 1990) yang tersebar di Riau, Jateng, Jabar, Jatim, Jambi, Aceh, Sumut, Sulut, NTT, Sulteng, Sulsel dan Maluku, tapi produksi dibawah Philipina (2.472.000 ton dengan areal 3.112.000 ha), yaitu sebesar 2.346.000 ton.
Sistem tanam yang baik yaitu sistem tanam segi tiga karena pemanfatan lahan dan pengambilan sinar matahari akan maksimal. Jarak tanam 9 x 9 x 9 meter, dengan pola ini jumlah tanaman akan lebih banyak 15% dari sistem bujur sangkar. Pembuatan lubang tanam dilakukan paling lambat 1-2 bulan sebelum penanaman untuk menghilangkan keasaman tanah, dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm sampai dengan 100 x 100 x 100 cm. Pembuatan lubang pada lahan miring (>20o) dilakukan dengan pembuatan teras individu selebar 1.25 m ke arah lereng diatasnya dan 1 m ke arah lereng di bawahnya. Teras dibuat miring 10 derajat ke arah dalam.
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, setelah hujan turun secara teratur dan cukup untuk membasahi tanah; waktu penanaman adalah pada bulan setelah curah hujan pada bulan sebelumnya mencapai 200 mm. Adapun cara penanaman adalah sebagai berikut:
1.      Top soil dicampur dengan pupuk phospat 300 gram per lubang dan dimasukkan ke lubang tanam.
2.      Polybag dipotong melingkar pada bagian bawah, dimasukkan ke lubang tanam, dan dibuat irisan sampai ke ujung, bekas polybag selanjutnya digantungkan pada ajir untuk meyakinkan bahwa polybag sudah dikeluarkan dari lubang tanam. Arah penanaman harus sama.
3.      Bibit ditimbuan tanah yang berada di sebelah selatan dan utara lubang, dipadatkan dengan ketebalajn 3-5 cm diatas sabut bibit kelapa.
4.      Kebutuhan bibit 1 ha, apabila jarak tanam 9 x 9x 9 m , segitiga sama sisi, adalah 143 batang dan bibit cadangan yang harus disediakan untuk sulaman 17 batang, sehingga jumlah bibit yang harus disediakan 160 batang.
Tanaman kelapa tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti aluvial, laterit, vulkanis, berpasir, tanah liat, ataupun tanah berbatu, tetapi paling baik pada endapan aluvial. Kelapa dapat tumbuh subur pada pH 5-8, optimum pada pH 5.5-6,5. Pada tanah dengan pH diatas 7.5 dan tidak terdapat keseimbangan unsur hara, sering menunjukkan gejala-gejala defisiensi besi dan mangan.
Kelapa membutuhkan air tanah pada kondisi tersedia yaitu bila kandungan air tanah sama dengan laju evapotranspirasirasi atau bila persediaan air ditambah curah hujan selama 1 bulan lebih besar atau sama dengan potensi evapotranspirasi, maka air tanah cukup tersedia. Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah terutama kandungan bahan organik dan keadaan penutup tanah. Jeluk atau kedalaman tanah yang dikehendaki minimal 80-100 cm.
Tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar (0-3%). Pada lahan yang tingkat kemiringannya tinggi (3-50%) harus dibuat teras untuk mencegah kerusakan tanah akibat erosi, mempertahankan kesuburan tanah dan memperbaiki tanah yang mengalami erasi (Hartoyo, 2010).
 Menurut Prabowo (2007) tabel kebutuhan pupuk tanaman kelapa adalah sebagai berikut:
Umur Tanaman
Dosis Pupuk (gr/pokok)
Urea
(TSP)
RP
KCl
Kies
Borak
 Saat tanam
-
-
-
-
-
-
1 bln setelah tanam
100
100
100
100
100
100
2 tahun






- aplikasi I
200
200
200
200
200
200
- aplikasi II
200
200
200
200
200
200
3 tahun






- aplikasi I
350
350
350
350
350
350
- aplikasi II
350
350
350
350
350
350
4 tahun






- aplikasi I
500
500
500
500
500
500
- aplikasi II
500
500
500
500
500
500
5 tahun






- aplikasi I
500
500
500
500
500
500


BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Alat :
  1. Cangkul (2 buah)
  2. Garpu (2 buah)
  3. Parang (1 buah)
  4. Ember (1 buah)
  5. Mal
Bahan:
  1. 2 bibit polybag kelapa
  2. Pupuk SP-36 150 gram

Metode
            Pertama-tama pilih terlebih dahulu bibit yang akan ditanam dengan ciri-ciri daunnya sudah pecah atau terbuka, tidak terserang hama dan penyakit serta bibit kuat dan kokoh. Setelah itu dibuat lubang tanam dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, tanah yang berasal dari galian tersebut dipisahkan antara yang top soil dengan yang sub soil nya. Tanah top soil diletakkan di sebelah kanan lubang sedangkan tanah sub soil diletakkan pada kiri lubang. Kemudian lubang tersebut diukur dengan menggunakan mal.
 Selanjutnya letakkan pupuk di bagian bawah lalu ditimbun dengan tanah top soil. Setelah itu masukkan tanaman kelapa baru kemudian masukkan tanah sisanya (top soil dan sub soil). Untuk penimbunan lubang tanam sebaiknya dibuat agak cembung, hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya erosi tanah ketika hujan turun.

PEMBAHASAN
Hasil
Banyaknya tanaman kelapa yang ditanam kelompok kami adalah 2 tanaman.
Waktu pelaksanaan : 41 menit = 0,68 jam
Perhitungan HOK*  = 0,68 jam x 5 orang x 1 HOK/ 7 jam= 0,486 HOK
*catatan 1 HOK = 1 orang dengan 7 jam kerja

Pembahasan
Di Indonesia terdapat dua jenis varietas kelapa yaitu kelapa genjah (dwarf coconut) dan kelapa dalam (tall coconut).  Selain itu, dikenal jenis kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan kedua varietas tersebut. Pada praktikum ini jenis kelapa yang kelompok kami tanam adalah kelapa puyuh yang merupakan salah satu jenis dari kelapa genjah.
Perbanyakan tanaman secara konvensial harus mengunakan bahan tanam berupa benih yang baik karena akan menghasilkan buah yang baik juga. Benih tersebut dipilih dari pohon induk yang unggul menurut kondisi lapangan yang umum. Pohok induk yang digunakan sebagai benih, telah dipilih dengan sifat-sifat sebagai berikut: umur pohon 10-20 tahun, produksi tinggi (80-120 butir/pohon/tahun) terus menerus dengan kadar kopra tinggi (25 kg/pohon/tahun), batang kuat dan lurus dengan mahkota berbentuk spherical (berbentuk bola) atau semisperical, daun dan tangkainya kuat, serta bebas dari gangguan hama dan penyakit.
Pada saat akan ditanam, sebaiknya memilih bibit yang baik dari main nursery dengan ciri; bibit sehat dan cagur, pertumbuhan seragam dengan yang lain, tidak terserang penyakit, daun kuat dan tidak menguning, serta telah ada pelepah daun yang pecah.  Bibit polybag kelapa yang siap tanam (umumnya berumur 9-12 bulan) selanjutnya dipindahkan ke kebun untuk ditanam. Pengambilan bibit di main nursery sebaiknya dilakukan dengan cara diputar karena akar bibit dimungkinkan telah menembus tanah melalui lubang polybag. Penanaman ini sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sehingga tanah cukup  lembab dan baik untuk petumbuhan tanaman kelapa. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan sebelum penanaman bibit adalah jarak tanam yang akan digunakan, pembuatan lubang tanam, dan teknik pemindahan bibit ke lahan.
Tanaman kelapa memerlukan jarak tanam yang tepat, yaitu jarak tanam yang memungkinkan daun-daun dari dua tanaman kelapa dewasa yang tumbuh berdampingan tidak bersentuhan, serta jarak tanam yang cukup lebar. Jika jarak tanam yang dibuat terlalu sempit akan berakibat meningkatnya kelembaban, meningkatnya serangan cendawan, dan etiolasi.
Menurut sebuah penelitian,jarak tanam untuk kelapa genjah yang tepat adalah 7 m dan untuk tanaman kelapa dalam adalah 9 m. Para petani dapat menggunakan beberapa bentuk jarak tanam, antara lain segitiga samasisi, empat persegi panjang, dan bujur sangkar. Model segitiga samasisi adalah model yang paling banyak digunakan karena menghasilkan jumlah 15 % lebih banyak (penggunaan tanah yang lebih efisien) (www.docstoc.com) .
Pada praktikum model jarak tanam kelapa yang digunakan adalah segitiga samasisi. Selanjutnya dilakukan pembuatan lubang tanam. Sebenarnya pembuatan lubang tanam untuk tanaman kelapa dilakukan satu atau dua bulan sebelum bibit ditanam, dengan membuat lubang tepat ditengah-tengah ajir. Hal ini bertujuan agar mikroba yang terdapat di dalam tanah dapat terkena sinar matahari dan diharapkan akan terjadinya oksidasi pada tanah. Namun karena alasan waktu pada praktikum, penanaman dilakukan sesaat setelah lubang tanam selesai dibuat.
Dalam penanaman kelapa, lubang tanam yang dibuat berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Ukuran lubang tanam tidak disarankan terlalu sempit karena akan menyebabkan ruang tumbuh akar menjadi terbatas dan pertumbuhan menjadi terganggu. Untuk menyesuaikan ukuran besar lubang tanam yang telah dibuat dapat digunakan alat ukur mal yang terbuat dari papan ataupun bambu. Pada penggalian,tanah permukaan yang digali merupakan bagian dari top soil sehingga perlu ditempatkan berbeda dengan bagian tanah subsoil dibawahnya. Kedua jenis tanah pada umumnya dapat dibedakan dari warnanya, karena topsoil berwarna lebih gelap.
Untuk penanaman kelapa digunakan pupuk Rock Phospate (RP) yang memiliki kandungan unsur fosfat cukup tinggi, jenis ini merupakan pupuk slow release. Pemberian pupuk rock phospate ini dilakukan pada awal atau selama musim hujan dengan dosis 300 gram per lubang tanam. Pada praktikum, kebutuhan tanaman akan phospate digantikan dengan mengaplikasian pupuk  SP-36 (mengandung 36% phospate) sebanyak 150 gram per lubang. Pemupukan dilakukan saat musim hujan bertujuan untuk menghindari terjadinya plasmolisis yaitu keluarnya cairan dari dalam tanaman kelapa.
Bibit polybag dimasukkan kedalam lubang, dengan ketentuan polibag telah dipotong melingkar pada bagian bawah, dan dibuat irisan sampai ke ujung. Polybag tidak dianjurkan untuk ditanam beserta kelapa, sehingga dilepaskan dari tanah bibit kelapa secara hati-hati untuk menghindari rusaknya akar. Kemudian lubang ditutup kembali dengan tanah galian, dengan ketentuan bahwa tanah yang menjadi bagian dasarnya merupakan tanah topsoil yang telah dicampurkan dengan pupuk. Tanah topsoil diletakkan terlebih dahulu pada dasar lubang karena dibanding dengan tanah subsoil, tanah tersebut memiliki kandungan hara yang sangat banyak sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman. Penimbunan tidak dilakukan secara merata namun cembung pada bagian sentral tanaman agar air yang melewati tanaman tidak tergenang.
Menurut perhitungan, waktu yang diperlukan kelompok kami untuk pembuatan lubang tanam sekaligus penanaman kelapa dengan lima orang anggota kelompok adalah 41 menit atau  setara dengan 0,68 jam. Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh HOK sebesar 0,486 HOK. Apabila 2 tanaman membutuhkan 0,486 HOK dengan 5 pekerja, maka untuk luasan satu hektar membutuhkan 34,32 HOK (jika populasi tanaman per hektar sebesar 143 tanaman).



PENUTUP
Kesimpulan
Bibit yang digunakan dalam penanaman sebaiknya bibit yang memiliki ciri-ciri bibit unggul agar kualitas dan produktivitas buah kelapa bisa didapatkan secara maksimal. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum penanaman bibit adalah jarak tanam yang akan digunakan, pembuatan lubang tanam, dan teknik pemindahan bibit ke lahan. Jarak tanam kelapa menggunakan model samasisi. Ukuran lubang tanam kelapa dibuat secara tepat untuk memberikan ruang tumbuh pada kelapa dengan memperhatikan besaran ukuran yang dipakai yang biasa diukur dengan menggunakan mal. Sesuai data pelaksanaan, HOK yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan penanaman tanaman kelapa luasan satu hektar sebesar 34,32 HOK.

Saran
             Pada praktikum, lubang tanaman sebagai persiapan penanaman kelapa di lahan, tidak dibiarkan selama beberapa bulan sesuai panduan teknik penanaman kelapa. Hal ini memungkinkan organisme tanah pengganggu yang bisa merusak kualitas tanaman kelapa masih bertahan didalam tanah. Sebaiknya hal ini perlu menjadi pertimbangan dalam penanaman tanaman kelapa selanjutnya.








DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Profil Investasi Biofuel dari Kelapa. http://www.docstoc.com/ [diakses tanggal 29 April 2011]
BPPT, IPTEK. 2005. Tanaman Obat Indonesia.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/ [diakses tanggal 28 April 2011]
Hartoyo, Dwi. 2010. Budidaya Kelapa. http://htysite.co.tv/budidaya kelapa.html [diakses tanggal 28 April 2011]
Prabowo, Abror Yudi. 2007. Budidaya Kelapa. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-kelapa.html [diakses tanggal 28 April 2011]
Wibowo, Annas. 2007. Budidaya Kelapa.