09/04/11

Analisis vegetasi gulma


PENGENDALIAN GULMA
“ ANALISIS VEGETASI”


Oleh:
             Fendri Ahmad            





DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010






PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gulma dibedakan menjadi tiga golongan yaitu rumput-rumputan (grasses),  teki (sedges) dan golongan berdaun lebar (broad leaves). Gulma merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas pertanian. Gulma menjadi pesaing kuat bagi tanaman dalam pemanfaatan sarana tumbuh seperti hara, air, dan cahaya.
 
Analisis vegetasi biasa ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi hasil pengendalian gulma, perubahan flora sebagai akibat metode pengendalian tertentu dan evaluasi herbisida ( trial ) untuk menentukan aktivitas suatu herbisida terhadap jenis gulma di lapangan.
Konsep dan analisis vegetasi sangat bervariasi tergantung keadaan vegetasi dan tujuan analisis. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Metode garis ( line intercept ) biasanya digunakan untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah. Metode titik ( point intercept ) biasanya digunakan untuk pengamatan sebuah petak contoh dengan vegetasi yang tumbuh menjalar ( creeping ). Metode visual ( visual estimation ) dapat digunakan untuk suatu survey daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu.
            Data yang diperoleh dari anlisis vegetasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis tersebar dan berkelompok, stratifikasinya, perioditasnya, dan sebagainya. Data kualitatif diperoleh dari hasil penjabaran dan pengamatan tiap petak contoh di lapangan.



Tujuan
            Tujuan dari praktikum  analisis vegetasi adalah untuk memperkenalkan kepada mahasiswa bagaimana cara mengidentifikasi jenis gulma dominan pada suatu areal dalam usaha efisiensi pengendalian gulma, baik dengan data kualitatif maupun kuantitatif.


BAHAN DAN METODE
a)      Waktu dan Tempat
Waktu                         : Jumat, 8 oktober 2010
Tempat                       : Kebun Durian Cikabayan
b)      Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah gulma yang tumbuh di areal kebun durian, Cikabayan. Alat yang digunakan antara lain kuadrat 0.5 m x 0.5 m, timbangan, gunting rumput atau pisau, kantong kertas coklat untuk oven, spidol atau label, dan oven.
c)      Metodologi
Metode analisis yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode kuadrat yang merupakan metode paing sederhana dan sering digunakan. Yang dimaksud kuadrat adalah suatu ukuran luas yang diukur dalam satuan kuadrat (m2) berbentuk bujur sangkar.
Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan petak contoh pada lahan percobaan yang akan dianalisis vegetasi gulmanya. Petak contoh diambil secara acak dengan cara melemparkan kuadrat pada lahan percobaan. Setiap kelompok melemparkan 2 kuadrat di kebun durian. Selanjutnya, dilakukan pemanenan gulma yang tumbuh pada kebun durian tepat setinggi permukaan tanah untuk menentukan kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma. Gulma yang menjalar melewati kuadrat dipotong tepat pada luasan kuadrat.
Gulma yang telah dipanen dipisahkan berdasarkan spesies gulma pada tiap petak contoh. Gulma yang telah dipisahkan berdasarkan spesies dimasukkan ke dalam kantong kertas untuk dikeringkan dengan cara oven. Frekuensi ditentukan dengan cara menghitung jumlah petak contoh yang memuat spesies gulma tersebut. Penentuan berat kering biomassa gulma dilakukan dengan cara menimbang tiap spesies gulma yang telah di oven.




PEMBAHASAN
Table 2. Nilai Kerapatan, berat kering, dan frekuensi gulma pada kebun durian Cikabayan
No
Spesies Gulma
Kerapatan
Frekuensi
Berat Kering
NP (%)
NJD (%)
KM
KN (%)
FM
FN (%)
BKM
BKN (%)
1
Ageratum conyzoides
20
0,43
3
2
7,7
0,53
2,96
0,98
2
Acasia sp
1
0,02
1
0,66
3,6
0,25
0,93
0,31
3
Amelia sp
1
0,02
1
0,66
1,3
0,09
0,77
0,25
4
Ageratum houstonianum
6
0,12
2
1,33
0,53
0,03
1,50
0,50
5
Axonopus compressus
866
18,75
19
12,66
589,43
40,96
72,39
24,13
6
Borreria alata
62
1,34
3
2
12,1
0,84
4,18
1,39
7
Centoteca lapacea
5
0,10
1
0,66
2,1
0,14
0,92
0,30
8
Centrosema pubescens
8
0,17
3
2
9,5
0,66
2,83
0,94
9
Cyclosorus aridus
2
0,04
1
0,66
0,8
0,05
0,76
0,25
10
Cleome rutidosperma
17
0,36
4
2,66
6,6
0,45
3,49
1,16
11
Commelina benghalensis
76
1,64
4
2,66
14,23
0,98
5,30
1,76
12
Commelina diffusa
7
0,15
4
2,66
0,8
0,05
2,87
0,95
13
Commelina sp.
30
0,64
5
3,33
8,09
0,56
4,54
1,51
14
Cyperus kyllingia
50
1,08
6
4
9,73
0,67
5,75
1,91
15
Emilia sonchifolia
15
0,32
2
1,33
4,5
0,31
1,97
0,65
16
Imperata cylindrica
20
0,43
3
2
7,86
0,54
2,97
0,99
17
Ipomea fistulosa
4
0,08
1
0,66
0,8
0,05
0,80
0,26
18
Hyptis rhomboidea
16
0,34
1
0,66
3,6
0,25
1,26
0,42
19
Ischaeum timorense
20
0,43
1
0,66
3,58
0,24
1,34
0,44
20
Mikania micrantha
7
0,15
4
2,66
3,1
0,21
3,03
1,01
21
Lantana camara
1
0,02
1
0,66
3,1
0,21
0,90
0,30
22
Ottochloa nodosa
412
8,92
15
10
49,75
3,45
22,38
7,46
23
Oxalis sp.
6
0,12
3
2
6,7
0,46
2,59
0,86
24
Paspalum conjugatum
106
2,29
8
5,33
33,5
2,32
9,95
3,31
25
Paspallum commersonii
109
2,36
2
1,33
32,3
2,24
5,93
1,97
26
Peperomia pelucida
58
1,25
6
4
31,8
2,21
7,46
2,48
27
Pasiflora foetida
84
1,81
13
8,66
25,27
1,75
12,24
4,08
28
Phylanthus niruri
9
0,19
2
1,33
3
0,20
1,73
0,57
29
Roetboellia exalta
3
0,06
2
1,33
4,8
0,33
1,73
0,57
30
Rostellularia rundana
7
0,15
2
1,33
6,8
0,47
1,95
0,65
31
Setaria plicata
17
0,36
2
1,33
4,5
0,31
2,01
0,67
32
Sentrocema pubescens
1
0,02
1
0,66
0,1
0,006
0,69
0,23
33
Sinedrella nudiflora
5
0,10
1
0,66
1,3
0,09
0,86
0,28
34
Stenotaphrum secundatum
2565
55,55
22
14,66
544,8
37,86
108,08
36,02
35
Zrechtites sp
1
0,02
1
0,66
1,1
0,07
0,76
0,25
TOTAL
4617

150

1438,77


100
Contoh perhitungan Ageratum conyzoides
KN      =
               0.433
FN      
BKN  
NP      
NJD    

Table 3. nilai Nisbah jumlah dominansi
NO
Spesies
NJD (%)
1
Stenotaphrum secundatum
36,02
2
Axonopus compressus
24,13
3
Ottochloa nodosa
7,46
4
Pasiflora foetida
4,08
5
Paspalum conjugatum
3,31
6
Peperomia pelucida
2,48
7
Paspallum commersonii
1,97
8
Cyperus kyllingia
1,91
9
Commelina benghalensis
1,76
10
Commelina sp.
1,51
11
Borreria alata
1,39
12
Cleome rutidosperma
1,16
13
Mikania micrantha
1,01
14
Imperata cylindrical
0,99
15
Ageratum conyzoides
0,98
16
Commelina diffusa
0,95
17
Centrosema pubescens
0,94
18
Oxalis sp.
0,86
19
Setaria plicata
0,67
20
Emilia sonchifolia
0,65
21
Rostellularia rundana
0,65
22
Phylanthus niruri
0,57
23
Roetboellia exalta
0,57
24
Ageratum houstonianum
0,50
25
Ischaeum timorense
0,44
26
Hyptis rhomboidea
0,42
27
Acasia sp
0,31
28
Centoteca lapacea
0,30
29
Lantana camara
0,30
30
Sinedrella nudiflora
0,28
31
Ipomea fistulosa
0,26
32
Amelia sp
0,25
33
Cyclosorus aridus
0,25
34
Zrechtites sp
0,25
35
Sentrocema pubescens
0,23

TOTAL
100

Table 4. Nilai Kerapatan Nisbi berdasarkan analisis vegetasi dari dua komunitas
NO
Spesies
Komunitas A
Komunitas B
1
Ageratum conyzoides
0,43
0,39
2
Axonopus compressus
18,75
15,21
3
Borreria alata
1,34
0,27
4
Cleome rutidosperma
0,36
0,10
5
Commelina diffusa
0,15
0,43
6
Cyclosorus aridus
0,04
0,29
7
Ischaeum timorense
0,43
2,15
8
Mikania micrantha
0,15
0,06
9
Ottochloa nodosa
8,92
32,75
10
Pasiflora foetida
1,81
1,06
11
Paspallum commersonii
2,36
0,06
12
Paspalum conjugatum
2,29
3,64
13
Rostellularia rundana
0,15
0,27
14
Setaria plicata
0,36
3,42
15
TOTAL
37,54
60,1

Perhitungan Koefisisien komunitas:
C
Keterangan :
w= jumlah dari dua kuantitas terendah untuk jenis masing-masing komunitas
a=jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas pertama
b=jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas kedua



Pembahasan
Menganalisis gulma merupakan aspek yang penting dalam hal pengendalian gulma.Pada praktikum ini, dilakukan analisis vegetasi gulma pada kebun durian, Cikabayan. Analisis vegetasi yang dilakukan merupakan metode kuantifikasi,yaitu dengan menggunkan metode kuadrat. Setiap kelompok melakukan 2 lemparan kuadrat secara acak didapatkan hasil bahwa pada komunitas lahan pertanian tersebut sehingga dari 12 kelompok menghasilkan 24 ulangan. Hasil yang didapat terdapat kurang lebih 35 spesies gulma dengan jumlah dan satuan berat yang berbeda-beda. Pada perhitungan individu pada setiap populasi gulma, ditetapkan konsensus untuk semua kelompok.
 Dari data setiap spesies  dapat dilakukan perhitungan  nilai Kerapatan Mutlak (KM),yaitu jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak contoh. Kerapatan Nisbi (KN),yaitu peerbandingan antara KM spesies tertentu terhadap jumlah KM semua spesies.Berat Kering Mutlak (BKM), Berat Kering Nisbi (BKN), Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Nisbi (FN). Selain itu, dapat dilakukan perhitungan Nisbah Jumlah Dominansi (NJD),yaitu suatu parameter yang menunjukkan spesies apa yang dominan dalam suatu area. Dari perhitungan NJD dapat ditentukan gulma yang dominan pada kebun tersebut. NJD yang terbesar adalah Stenotaphrum secundatum,sebesar 36,02 %.Ini berarti gulma yang dominan pada kebun durian adalah Stenotaphrum secundatum dengan nilai KN sebesar 55,55; BKN sebesar 37,86; FN sebesar 14,66; dan  NJD sebesar 36,02. Gulma ini termasuk golongan rumput. Gulma dominan yang kedua adalah Axonopus compressus dengan nilai NJD 24,13. Sedangkan lima spesies yang terendah populasinya di lahan tersebut adalahIpomea fistulosa, Amelia sp, Cyclosorus aridus, Zrechtites sp, Sentrocema pubescens adalah dengan NJD 0.26, 0.25, 0.25, 0.25 dan 0.23 (dalam %). Stenotaphrum secundatum merupakan gulma jenis rumput, Hal ini  menunjukkan bahwa jika ada rencana aplikasi herbisida pada lahan pertanian tersebut, maka herbisida yang digunakan adalah herbisida yang mematikan gulma jenis rumput seperti diuron, triazine, 2,4-D, 2,4,5-T atau picloram
Selain dari perhitungan nilai NJD dapt juga dilakukan perhitungan Koefisien komunitas(C) atau indeks kesamaan.Koefisien komunitas adalah parameter yang digunakan untuk membandingkan dua komunitas vegetasi dari dua areal. Dari data diperoleh nilai koefisien komunitas sebesar 60,40%. Hasil ini menunjukkan bahwa antara komunitas A dan komunitas B memiliki nilai kesamaan sebesar 60,40%.Ini berarti dalam areal tersebut atau antara dua komunitas itu memiliki perbedaan atau tidak homogen



PENUTUP

3.1. Simpulan
               
Hasil analisis vegetasi gulma di lahan pertanian atau perkebuna Cikabayan menunjukkan bahwa gulma mendominasi lahan tersebut adalah spesies Stenotaphrum secundatum dari golongan gulma rumput(Graminae).Hal ini terlihat dari nilai NJD (Nilai Jumlah Dominansi) yang tinggi sebesar 36,02%. Sehingga untuk pengendalian gulma dilahan tersebut baiknya menggunakan herbisida untuk gulma jenis rumput. Selain itu dapat disimpulkan juga bahwa antara kedua komunitas yang dibandingkan yaitu komunitas A dan komunitas B memiliki perbedaan atau tidak homogeny karena nilai koefisien komunitas diperoleh kurang dari 70% yaitu 60,40%.


Daftar Pustaka
Guntoro, dwi, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Pengendalian Gulma. Bogor. IPB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar